Kamis, 27 Oktober 2011

KOWISATA DI KEPALA BURUNG PULAU PAPUA: Pesona Alam dan Misteri Melegenda di Arfak Pegunungan Arfak yang berada di ‘kepala-otak burung Papua’ adalah sebuah kawasan cagar alam dengan luas mencapai 68.325 hektar dengan ketinggian mencapai 2940 meter di atas permukaan laut. Cagar alam pegunungan Arfak berada di Kabupaten Manokwari, Propinsi Papua Barat. Membentang di antara Distrik Menyambouw Warmare, Ransiki, Anggi dan Oransbari. Wilayah ini hanya berjarak kira-kira 35 km dari kota Manokwari. Diperlukan 2 hari berjalan kaki untuk sampai di tempat itu. Saat ini, sudah bisa dicapai menggunakan kendaraan roda empat jenis off-road 4X4 atau ‘ranger’ (sebutan masyarakat setempat untuk jenis mobil ini) dengan tarif Rp. 80 ribu – Rp. 300 ribu per orang. Bisa juga dengan menggunakan pesawat terbang jenis twin otter dan cesna dengan waktu tempuh sekitar 25 menit dengan tariff Rp. 300 ribu per orang. Cagar alam pegunungan Arfak masih menyimpan banyak misteri yang sampai kini belum terungkap, mulai dari kehidupan flora-fauna, termasuk ribuan jenis tumbuhan anggrek, legenda ikan Houn (sejenis belut) di dua danau yang diapit oleh sebuah “perbukitan firdaus” bernama bukit Kobrey. Dua danau itu adalah Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita yang berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Kehidupan seputar goa-goa, termasuk goa yang kedalamannya mencapai 2000 meter juga masih menyimpan selaksa misteri. Spoiler for artikel tentang danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita DUA DANAU ANGGI DI PUNCAK KOBREY Menikmati Karya Alam Tiada Banding “Sajian pemandangan dua danau begitu fantastik dilihat dari puncak bukit Kobrey. Di sebelah kiri terlihat danau Anggi Giji dan di sisi kanannya danau Anggi Gita yang anggun mempesona. Pemandangan seperti ini hanya ada di sini, tidak ditemukan di tempat lain, menikmati dua danau dalam waktu bersamaan. Luar biasa!” Pagi itu menunjukan pukul 06.00 WIT. Kami berangkat dari kota Manokwari dengan menggunakan mobil jenis off-road Mitsubisi L200 atau di Papua biasa disebut “mobil ranger” milik dinas Perhubungan dan Pariwisata Manokwari. Sesuai rencana, perjalanan kami kali ini menuju ke obyek wisata alam yakni melihat dua danau di pegunungan Arfak, yakni danau Anggi Giji dan Anggi Gita. Perjalanan yang cukup menantang ini dapat dilakukan dengan durasi waktu sehari saja. Sejam berlalu. Kami tiba di bawah kaki pegunungan Arfak yakni di distrik Ransiki dan berhenti sejenak sekedar untuk belanja bekal makan nanti. Nasi kuning, telur, ikan dan kue-kue menjadi pilihan untuk kami bawah ke tempat tujuan. Situasi yang hangat di pasar tradisional juga saya manfaatkan untuk berbincang-bincang dengan masyarakat di sana sambil memotret aktifitas masyarat pasar tersebut. Ransiki dihuni oleh berbagai suku bangsa baik lokal maupun pendatang transmigran tahun 60-an dari Jawa dan Sulawesi. ....... baca lanjutannya di link ini Spoiler for Tim Ekspedisi Temukan Gua Sedalam 2.000 M di Papua Tim Ekspedisi Temukan Gua Sedalam 2.000 M di Papua Manokwari, 9 Juli 2004 11:20 Tim ekspedisi Speleologi (ahli gua) Prancis menemukan gua yang sangat dalam di pegunungan Lina, Kampung Irameba, Distrik Anggi, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Ketua tim ekspedisi berkebangsaan Prancis, Bruno Thery, dalam laporannya kepada Pemerintah Kabupaten Manokwari yang dikutip Antara di Manokwari, Jumat, mengatakan kedalaman gua tersebut mencapai sekitar 2.000 meter, dan merupakan salah satu gua yang terdalam di dunia. Gua tersebut, menurut laporan tersebut, dikategorikan sebagai yang terdalam di dunia, diikuti gua di Prancis (1.610 m), Rusia (1.500 m), dan Spanyol (1.500 m). Keberadaan gua tersebut hingga kini belum diketahui secara umum, karena belum pernah dipublikasikan. Tim Speleologi Prancis yang bernama Ekspedisi Irian 1993 tersebut, sebelumnya melakukan empat ekspedisi di daerah Merdey, Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni pada tahun 1988 dan 1989, namun gagal Menurut Bruno Thery, dalam laporannya, ekspedisi pada waktu itu dilakukan untuk mengetahui secara pasti hasil foto satelit yang menunjukkan bahwa di Pegunungan Lina terdapat gua alam dengan garis tengah puluhan meter dan kedalamannya mencapai 2.000 meter. ........ baca artikel selanjutnya di link ini Menurut informasi Yoris Wanggai, salah seorang tourist guide di Manokwari, sudah sekian banyak peneliti mancanegara mendatangi tempat-tempat ini namun tidak membawa hasil penelitian yang maksimal oleh karena keterbatasan waktu berkunjung. Umumnya, para para peneliti hanya memiliki waktu 1-2 minggu saja di pegunungan Arfak, dan itu jauh dari cukup untuk mengetahui misteri-misteri yang tersimpan rapi di Pegunungan Arfak itu. “Rasanya tidak cukup waktu. Jika kami di sini, terasa hanya sebentar. Kami tidak puas,” demikian salah satu kutipan pernyataan para wisatawan yang sampaikan Yoris saat berbincang dengan E-I ketika mengunjungi obyek wisata alam dua danau di bukit Kobrey, Agustus lalu. Pegunungan Arfak ini adalah ekosistem yang mewakili tanah Papua oleh karena dihuni beberapa habitat yang dilindungi, seperti kehidupan berbagai jenis satwa seperti kupu-kupu sayap-burung (ornithoptera-sp) yang menjadi buruan kolektor kupu-kupu internasional. Kupu-kupu jenis ini oleh masyarakat suku Arfak sudah ditangkarkan. Salah satunya di kampung Iray, di dekat danau Anggi Giji. Kawasan ini dihuni pula oleh Cendrawasih Arfak (Astrapia-nigra). Berbagai jenis tumbuhan antara lain pohon Arwob atau dodonia fiscosa, tumbuhan khas pegunungan Arfak. Juga terdapat kayu Masohi yang rasanya pedas seperti permen menthol, berguna untuk penambah selera makan. Dan masih banyak kekayaan flora-fauna lagi yang menghuni wilayah ini. Spoiler for Cendrawasih Arfak (Astrapia-nigra) Arfak Astrapia From Wikipedia, the free encyclopedia The Arfak Astrapia, Astrapia nigra is a large, approximately 76cm long, black bird of paradise with an iridescent purple, green and bronze plumage. The male has a very long broad tail, velvety black breast feathers and extremely complex head plumage. The female is a blackish brown with pale barring on its abdomen. Levaillant of France described this bird as L’Incomparable or Incomparable Bird of Paradise. link Spoiler for contoh Dodonia Viscosa ; gbr diambil dari internet Spoiler for kayu masohi kayu Masohi yang rasanya pedas seperti permen menthol, berguna untuk penambah selera makan. Menurut data pemerintah kabupaten Manokwari, pegunungan Arfak ini memiliki tidak kurang 110 jenis mamalia, 333 jenis burung, yang beberapa jenis merupakan endemik, pegunungan Arfak. Salah satunya adalah burung Namdur Polos (Bowerd Bird). Burung ini, oleh suku Arfak Moley dinamai burung Mbrecew, yang berarti pintar atau pandai berkicau, oleh karena bisa menirukan suara-suara lain dan bunyi apa saja. Burung ini juga mampu membuat sarang (bower) dari dedaunan, rumput kering, dan tangkai anggrek hutan, yang dibuat menyerupai rumah dan meletakkannya di atas pohon maupun di tanah. >>>> end of part 1 View bbcode jamzaja - 13/07/2009 01:29 PM #2 Pegunungan Arfak (Papua) dan Harta terpendamnya (Part 2 - end) Spoiler for Namdur Polos - Bowerd Bird Burung ini, oleh suku Arfak Moley dinamai burung Mbrecew, yang berarti pintar atau pandai berkicau, oleh karena bisa menirukan suara-suara lain dan bunyi apa saja. Burung ini juga mampu membuat sarang (bower) dari dedaunan, rumput kering, dan tangkai anggrek hutan, yang dibuat menyerupai rumah dan meletakkannya di atas pohon maupun di tanah. cek link ini Tidaklah heran jika sejumlah ahli yang pernah datang meneliti di kawasan ini menyatakan bahwa sejarah telah mencatat pegunungan Arfak punya arti penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan di masa mendatang dan sangat layak dijadikan perpustakan data genetik yang bisa diolah untuk aneka jenis obat dan ramuan tradisional. Data etno-botani menyebutkan cagar alam pegunungan Arfak juga kaya akan aneka jenis tumbuhan yang bisa diolah menjadi obat bius dan obat perangsang, namun sejauh ini belum dimanfaatkan secara optimal. Salah seorang mahasiswa peneliti S2 Botani IPB Bogor, Hengky Wambraw, ketika sempat bertemu dengan Penulis di hutan lindung Gunung Meja Manokwari, mengatakan kehidupan keanekragaman hayati di kawasan pegunungan Arfak menjadi incaran para peneliti biologi, botani, geologi, ekologi, tidak terkecuai peneliti serangga dan burung baik dari luar negeri maupun local. Mereka ingin sekali berkunjung ke sana. Hengky juga sempat menginformasikan kepada E-I untuk berhati-hati menyentuh tumbuhan liar saat berkunjung ke wilayah pegunungan “misterius” itu karena beberapa di antaranya ada yang mengandung racun, ada pula yang bisa dijadikan obat. Suhu sekitar danau sangat dingin. Apalagi di bukit Kobrey yang bisa mencapai 6 derajat celsius. Oleh masyarakat suku Sough di kampung Iray, bercocok tanam hortikultura seperti kentang, wortel, daun bawang, seledri, berbagai jenis bunga antara lain Gladiol Anggi, Rhododenrum, merupakan pilihan tepat. Mereka belum mengenal pestisida. Tanaman tumbuh subur terhindar dari zat-zat kimia dan toxic yang berbahaya. Sayang sekali, hasil panen mereka masih sulit untuk dipasarkan keluar areal perkampungan mereka karena biaya pengangkutan yang tinggi, tidak menutupi ongkos pergi-pulang seperti ke Ransiki atau kota Manokwari. Mereka masih sangat berharap jika pedagang dari luar datang membeli hasil panen mereka. Keunikan lain yang dapat dijumpai di pegunungan Arfak adalah kehidupan sosial masyarakat asli Mandacan yang terdiri dari beberapa suku seperti suku Meyakh, suku Sough, suku Hatam dengan beragam bahasa serta tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Di antaranya, seorang lelaki wajib berjalan di belakang perempuan baik anaknya maupun istrinya. Kita juga dapat menjumpai budaya Arfak yang berkenaan dengan prosesi ritual pengucapan syukur yang disimbolkan dengan tarian Magasa, sejenis tari ular. Biasanya, hampir setiap musim panen, perkimpoian atau menyambut tamu, tarian ini dipertunjukkan. Spoiler for Rhododendron cek link ini Spoiler for Tarian Magasa Gerakan berirama ini memang merupakan tarian khas dari masyarakat Arfak. Komunitas asli terbesar yang mendiami daerah Manokwari, Papua Barat. Tarian tersebut dinamakan Tari Magasa atau lazim disebut dengan Tari Ular. Penyebutan ini disebabkan oleh gerak dan formasi tari yang menyerupai liukan ular mengikuti irama lagu yang dinyanyikan. Magasa atau Tari Ular digelar pada acara ulang tahun, perkimpoian, panen raya, penyambutan tamu dan acara-acara lain. Tari ini digelar secara kelompok oleh semua lapisan masyarakat baik tua maupun muda. Sedangkan alat musik yang digunakan hanyalah Tifa. cek juga link ini dan itu Rumah tradisional Arfak disebut Igkojei, yang oleh suku Sough disebut Tumisen, terkenal dengan tahan lama dan kokoh, karena tiang yang banyak terbuat dari jenis kayu bua yang tidak mudah patah meskipun hanya berdiameter 5-10 cm. Rumah Tumisen ini juga sering disebut rumah kaki seribu karena tiangnya yang banyak. Saat ini keaslian rumah Igkojei atau Tumisen sudah mulai langkah apalagi atap yang asli dari rumput ilalang rat-rata sudah diganti menggunakan seng. Spoiler for Rumah Igkojei - Tumisen Disebut juga rumah kaki seribu Masih tersimpan banyak keunikan dan keindahan lainnya lagi yang bisa kita dapatkan di kawasan pegunungan Arfak. Sungguh, waktu 2-3 hari di sana adalah waktu yang begitu singkat. Jika Anda peneliti atau mahasiswa, petualang, professional ataupun hobbies fotografi flora-fauna, ataupun Anda tergolong “wisatawan modern/minat khusus”, segera datang di Papua Barat. Jelajahi pegunungan Arfak, telusuri goa terdalam di dunia, berkeliling di dua danau Anggi dan buktikan kepada dunia bahwa Anda-pun turut serta berperan “menyelamatkan” hutan Papua. (Fredy Tewu) oleh Fredy Tewu explore-indo.com Quote: Sumber : http://lagulamaku.blogspot.com/2009/03/ekowisata-di-kepala-burung-pulau-papua.html ================================== Beberapa artikel/tulisan tentang pegunungan Arfak ini ; Spoiler for Ditemukan 2.770 Jenis Anggrek di Cagar Alam Pegunungan Arfak Ditemukan 2.770 Jenis Anggrek di Cagar Alam Pegunungan Arfak Kapanlagi.com - Para peneliti Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food And Agriculture Organization Of United Nations (FAO) yang melakukan survei di kabupaten Manokwari, Irian Jaya Barat menemukan 2.770 jenis anggrek di cagar alam pegunungan arfak. Peneliti FAO berkebangsaan Belanda, Millar dalam laporannya kepada Pemkab Manokwari seperti dikutip ANTARA, selasa menyebutkan, 2.770 jenis anggrek itu berkualitas tinggi yang tumbuh subur di kawasan hutan pegunungan Arfak harus dilindungi dari upaya pemilikan oleh masyarakat secara tidak terkendali. baca lengkap di link ini Menurut Millar berdasarkan hasil identifikasi anggrek tersebut terindah di dunia dan dapat dikomersialkan. Sementara jenis yang menarik dan paling indah yakni jenis, Flame Of Irian (Mucuna Novaeguinea) berwarna khas merah merona dan hitam. Ia mengatakan, jenis tersebut merupakan spesies yang langka di dunia dan hanya bisa ditemukan di cagar alam pegunungan Arfak, Kabupaten Manokwari. Spoiler for Lidah Api Irian - BungaTerindah di Dunia Manokwari, 22 Desember 2000 17:28 Para petualang dan ilmuwan kini mulai menjelajahi pegunungan Arfak di Kabupaten Manokwari, Irian Jaya. Mereka sedang bersemangat meneliti Lidah Api Irian (Flame of Irian--Mucuna novaeguinea) jenis bunga langka yang konon terindah di dunia. Mereka menyigi jenis cendawan aneh (mycena) yang subur di hutan setempat. Cendawan itu dianggap aneh karena mengeluarkan cahaya berpendar di kegelapan malam, bagaikan nyala api. Bunga asli Irian ini hanya bisa tumbuh subur di pegunungan Arfak, kata Miller A, peneliti berkebangsaan Belanda dalam laporannya kepada Pemda Irian Jaya. Digolongkan sebagai spesies berkualitas tinggi, seperti aneka jenis anggrek hutan lainnya. baca lengkapnya di link ini

ANAK KELIARAN ARFAK MANOKWARI

Yopie mengucapkan salam buat bapa dan mama atas kasih sayang yang mana saya berhasil dalam study di kota malang jawa timur.saya tidak balas dengan keringat kedua orang tua ini tetapi saya berhasil menggangkat martabatnya,walaupun orang tua saya tidak memiliki pendidikan yang tinggi tetapi saya bersyukur karana saya sudah berhasil dengan pendidikan yang tinggi.

 oleh yopie saiba/ 2009
Danau anggi giji yang terletak di distrik sururey kabupaten manokwari papua barat.danau yang begitu penuh dengan hasil kekayaan yang memiliki potensi besar bagi kehidupan masyarakat sekitarnya.Pada pagi hari danau tedu dan kelihatan hitam kehitaman hal ini orang tua dulu memakai istilah anggji giji (Danau laki-laki) karena memiliki kedalaman yang tidak diukur atau tidak dibayangkan.