Selasa, 01 November 2011

CAGAR ALAM ARFAK

CAGAR ALAM PEGUNUNGAN ARFAK MANOKWARI
oleh yopie saiba putra arfak


Manokwari Terdapat dua danau di atas pegunungan Arfak. Penduduk asli ini mengenalnya sebagai danau Anggi Gida (danau perempuan) dan danau Anggi Giji (danau laki-laki). Memiliki air yang jernih dan sering berombak, bila angin bertiup. Pukulan gelombang air danau senantiasa menimbulkan riak-riak air pada tepian.


Cukup banyak generasi muda suku Hatam dan Meyah yang mengenyam pendidikan tinggi hingga Strata I dan Strata II. Biasanya mereka yang memiliki pendidikan sekolah menengah atas hingga pasca sarjana memilih tinggal di kota dan bekerja sebagai pegawai di kantor-kantor pemerintah. Banyak posisi-posisi struktural di pemerintahan diisi oleh putra-putra terbaik suku Arfak. Jabatan kepala sekolah, lurah, distrik, kepala bagian, kepala bidang, dan bupati kabupaten Manokwari.
Warga asli Arfak yang tinggal di kampung menggeluti pekerjaan sebagai petani dan peramu. Hasil pertanian mereka adalah kol, sawi, bawang merah dan bawang putih, daun bawang, wortel, kentang, tomat, pisang, ubi-ubian, dan buah (stawberi dan markisa).
Terbukanya isolasi daerah (jalur jalan darat) tidak secara otomatis mempermudah warga asli bisa menjangkau pasar di kota untuk menjual hasil pertaniannya. Tidak adanya angkutan reguler dari dan ke wilayah pegunungan Arfak menjadi persoalan utama untuk mengakses pasar di kota. Akibatnya, hasil pertanian warga lebih banyak di konsumsi sendiri. Ataupun juga ada yang menjual ke kota dengan jumlah yang terbatas.
Selain pertanian, warga kampung juga memelihara babi, ayam, dan anjing. Babi merupakan ternak yang memiliki nilai penting dalam kebudayaan suku-suku Arfak. Sebab binatang ini dijadikan sebagai alat pembayaran mas kawin dan denda adat. Anjing merupakan binatang yang tinggal dan hidup satu rumah dengan warga asli. Mereka menilai anjing sebagai binatang penjaga rumah dan kawan dalam melakukan perburuan binatang liar di hutan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar