Jumat, 08 November 2013

DAMPAK LINGKUNGAN (PERUBAHAN IKLIM GLOBAL) TERHADAP POPULASI PENDUDUK INDONESIA Perubahan iklim global akan memberikan dampak yang sangat parah bagi Indonesia karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua benua dan dua samudera, negara kepulauan dengan 81.000 km garis pantai dengan dua pertiga lautan, populasi penduduk nomor empat terbesar di dunia dengan tingkat kesadaran lingkungan yang rendah, degenerasi kearifan budaya lokal, pendidikan yang tidak memadai, keterampilan rendah, keterbelakangan iptek, kepedulian sosial minim, dibelit kemiskinan dan kesulitan ekonomi, kelemahan pemerintahan, korupsi, kurangnya kepemimpinan, serta kelakuan yang buruk dari pengusaha dan institusi internasional.Posisi geografis Indonesia menyebabkan bahwa pada setiap saat di dalam wilayah negara ini ada musim-musim yang saling berlawanan dan bersifat ekstrim, di satu wilayah terjadi kekeringan dan kekurangan air, di wilayah lain terjadi banjir.Musibah angin kencang dan gelombang pasang bisa terjadi setiap waktu dan sulit diprediksi jauh-jauh. Produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, menjadi semakin sulit dan menimbulkan kerawanan pangan. Hubungan transportasi dan komunikasi antar pulau akan semakin sulit dan berbahaya. Semuanya akan bermuara pada disintegrasi negara kesatuan RI. Motivasi Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri. Sumber Pencemar Pencemar datang dari berbagai sumber dan memasuki udara, air dan tanah dengan berbagai cara. Pencemar udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industi, dan pembakaran sampah. Pencemar udara dapat pula berasal dari aktivitas gunung berapi.Pencemaran sungai dan air tanah terutama dari kegiatan domestik, industri, dan pertanian. Limbah cair domestik terutama berupa BOD, COD, dan zat organik. Limbah cair industri menghasilkan BOD, COD, zat organik, dan berbagai pencemar beracun. Limbah cair dari kegiatan pertanian terutama berupa nitrat dan fosfat. Proses Pencemaran Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.Pencemar ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem. Langkah Penyelesaian Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian. Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Di lingkungan yang terdekat, misalnya dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle).Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai, mengurangi jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia PBT (Persistent, Bioaccumulative, and Toxic), dan berangsur-angsur menggantinya dengan Green Chemistry. Green chemistry merupakan segala produk dan proses kimia yang mengurangi atau menghilangkan zat berbahaya.Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alat-alat rumah tangga, atau bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Pencegahan dapat pula dilakukan dengan kegiatan konservasi, penggunaan energi alternatif, penggunaan alat transportasi alternatif, dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).Langkah pengendalian sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Pengendalian dapat berupa pembuatan standar baku mutu lingkungan, monitoring lingkungan dan penggunaan teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan. Untuk permasalahan global seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan global diperlukan kerjasama semua pihak antara satu negara dengan negara lain. Bookmark Artikel Ini: Panjang garis pantai akan berkurang dengan naiknya permukaan laut, ratusan ribu kilometer persegi daratan di pesisir pantai akan hilang ditelan laut dan bersamanya akan ikut tenggelam pula kota -kota dan desa pesisir yang menjadi permukiman dari lebih seratus juta orang yang sebagian besar miskin serta asset dan infrastruktur bernilai trilyunan Euro. Pesatnya peningkatan permukaan laut ini tidak akan mampu diimbangi dengan kecepatan untuk memindahkan penduduk dan menggantikan infrastruktur yang hilang. Belum lagi tiadanya modal untuk melaksanakannya.Bencana besar itu akan datang dalam hitungan beberapa dekade saja apabila upaya antisipasi tidak dilakukan, baik secara regional maupun global. Kepedulian terhadap lingkungan sangat minim. Kearifan budaya lokal untuk menjaga keseimbangan lingkungan dikalahkan oleh kebutuhan ekonomi, keserakahan, serta inefisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya. Erosi hutan alam terjadi dengan kecepatan tinggi menyebabkan banjir, tanah longsor dan kekeringan. Erosi hutan bakau menyebabkan abrasi pantai. Penduduk yang di pantai tenggelam, yang di gunung tertimbun, yang di tengah kehausan. Kebakaran dan pembakaran hutan menimbulkan asap yang menyesakkan bagi penduduk sendiri maupun penduduk negara tetangga.Belum lagi dampak ke penduduk dunia lain karena menurunnya kemampuan hutan untuk menghasilkan oksigen dan menyerap gas-gas polutan lainnya yang berpengaruh besar pada perubahan iklim dunia. Indonesia adalah pemilik wilayah hutan tropis terluas kedua di dunia.Kemampuan pemerintah untuk menata ruang dan membuat peraturan kurang mempertimbangkan lingkungan. Itupun masih ditambah lagi dengan kelemahan penegakan hukum dan disiplin kepemimpinan. Korupsi dan ketidakpedulian membuat upaya menjaga dan memperbaiki ekosistem makin parah. Hal yang paling merisaukan adalah perbuatan dari pengusaha dan institusi internasional yang mempunyai kepentingan politik, ekonomi dan lainnya. Mereka memberikan iming-iming dan arahan yang menyesatkan ditengah keluguan, kerakusan, serta kebodohan pejabat pemerintah pusat, daerah dan pengusaha lokal. Mereka inilah yang menjadi penadah dari penggalian sumberdaya alam yang tidak bertanggungjawab ini. Barulah setelah dampak perubahan iklim global mulai mengancam kehidupan mereka juga maka Indonesia ditekan untuk memperhatikan lingkungan. Sayangnya, mereka sendiri enggan mengurangi polusi yang dihasilkan oleh industri di negara masing-masing. Padahal, mereka justru pencemar lingkungan yang paling besar yang selama ini menjadi sumber utama perubahan iklim global.Kegagalan Indonesia untuk menyelamatkan diri dari perubahan iklim dapat dipastikan akan menyeret juga negara-negara lain di dunia ke dalam permasalahan yang sama, hanya waktunya saja yang berbeda. Kiamat akan datang dari Indonesia dan menyebar ke seluruh dunia. Perubahan iklim ini harus diatasi bersama-sama dan tidak ditunda-tunda. Setiap negara harus memberi kontribusi dengan tindakan-tindakan yang dilakukan di dalam negerinya sendiri sesuai kemampuan masing-masing. Negara maju harus membantu negara miskin. Bentuk bantuan itu tidak saja berupa bantuan teknis dan ekonomi, namun dibutuhkan juga tekanan politik yang positif untuk menanamkan urgensi masalah ini dan mendapatkan komitmen dari para pemimpin untuk bertindak. Apabila negara-negara maju mau memperlambat laju pertumbuhan kemakmurannya dan memberikan kesempatan kepada negara yang miskin untuk meningkatkan kemakmuran dengan cara yang bertanggungjawab terhadap lingkungannya, maka pada suatu saat akan tercapai suatu ekuilibrium yang membuat perbuatan manusia semakin berimbang dan perubahan iklim global pun akan cenderung kembali ke arah yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar