YOPIE SAIBA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisiognomi adalah
deskripsi secara grafis dari suatu vegetasi, yang meliputi kenampakan komunitas
dari luar. Kenampakan dari bentuk kehidupan spesies yang dominan pada suatu
wilayah tanpa ketergantungan. Suatu vegetasi pada wilayah tertentu berbeda-
beda, hal itu dapat ditentukan dengan suatu metode fisiognomi. Fisiognomi ada
dua metode yaitu Dansereau dan Kuchler’s. Kedua metode ini menggunakan kode,
namun ada perbedaan yaitu pada metode Dansereau kode yang dipakai harus
digambar juga dalam kode gambar. Kode tersebut menunjukkan bentuk kehidupan
dari tumbuhan itu sendiri.
Praktikum fisiognomi ini
dilakukan di gunung Baung daerah Purwodadi. Wilayah yang dilalui adalah hutan
yang lumayan masih asli. Pertama dibuat sebuah transek yang nantinya dibagi
plot- plot dengan ukuran ke bawah 30m dan ke samping kanan dan kiri masing-
masing 10m. Selanjutnya ditentukan jenis tanaman yang ditemukan meliputi bentuk
kehidupan, tinggi, fungsi, bentuk daun, tekstur daun, dan kehidupan tumbuhan
tersebut di alam.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan
dibahas pada praktek kerja lapangan ini
adalah bagaimana mengetahui vegetasi suatu tanaman dari kenampakan luar dan
bentuk kehidupan tanaman tersebut di alam .
1.3 Tujuan praktek kerja lapangan
(PKL)
Tujuan
praktek kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui apakah vegetasi suatu
tanaman dari kenampakan luar dan bentuk kehidupannya di alam.
1.4
Manfaat praktek kerja lapangan (PKL)
Untuk mengetahui fisiognomi vegetasi di hutan basa atau lembaba dan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat tentang
fisognomi vegetsi hutan basa yang terdapat nilai-nilai penting yang berupa
kanekargaman spesies flora dan fauna di daerah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Macam-Macam Metode Fisiognomi
Secara umum dikenal 2 metode
dalam sistem fisiognomi yaitu:
-Sistem biasa
-Sistem Kuchler
Beda mencolok antara kedua sistem
fisiognomi diatas adalah pada sistem kuchler tidak ddidapati gambar atau simbol
vegetasi dan hanya berupa kode-kode saja.
2.2 Sistem Fisiognomi Biasa
Hasil akhir dari metode ini
berupa grafik yang menggambarkan berbagai kriteria yang bisa mendeskripsikan
tipe vegetasi dan deskripsi suatu spesies tumbuhan.Adapun 6 kategori atau
kriteria tersebut adalah :
1.Bentuk Kehidupan
W : tanaman tegak berkayu
L : tanaman
merambat
E : epifit
H : herba
M : bryophyta
2. Stratifikasi ( Ketinggian Tanaman)
1 : lebih dari
25 meter
2 : 10-25 meter
3 : 8-10 meter
4 : 2-8 meter
5 : 0,5-2 meter
6 : 0,1-0,5
meter
7 : 0-0,1 meter
3.Fungsi
d :
desidous,menggugurkan daun
s : semidesidous
e :
evergreen,hijau terus tapi masih gugur daunnya
i : Tumbuh terus
dan daun tidak rontok
4. Bentuk dan Ukuran Daun
o : tidak
berdaun
n : daun jarum
g :
graminoid,daun tunggal
a : daun kecil
atau medium
h : daun lebar
dan permukaannya kasar(seperti daun waru)
v : daun majemuk
q : talus
5. Tekstur Daun
o : tidak
berdaun
f : daun
tipis/filmy,mengkilat
z : membranous
x :
skleropil,daun banyak dan jaraknya dekat
k : suculen,daun
berair
6. Coverage( Penutupan Lahan/ Kerapatan)
b : sangat
jarang/tandus
I : menutup
tidak terus-menerus
p : mengelompok
c : menutup
terus-menerus
2.3 Metode Kuchler
Capital Letter :
1.Vegetasi berkayu
B : daun selalu
hijau
D: daun gugur
E : daun jarum
selalu hijau
N :daun jarum
gugur
O : tanpa daun
2.Vegetasi herbaceus(tidak berkayu)
G :
graminoid/daun tunggal
H : herba
L : likens atau
lumut
Grup I :Ketinggian
t :
tinggi,minimal tinggi pohon25 meter,minimal tinggi herba 2 meter
m : tinggi
sedang,pohon 10-25 meter,herba 0,5-2 meter
I : rendah,maksimum tinggi pohon 10 meter,maksimum tinggi
herba 0,5 meter
s : minimum
tinggi 1 meter,shrub
z : maksimum
tinggi 1 meter,dwarf shrub
Grup II : Kepadatan
c : tumbuh terus
I : tanaman tak
tersentuh
p : tanaman
berkayu satu atau menyebar,herbaceus tidak terhubung
r : jarang
b : sangat
jarang kerapatannya
Grup III : Fitur Spesial
e : epifit
j : liana/sulur
k : berair
daunnya
q : padang
rumput
u : palem
v : bambu
w : tanaman air
y : pohon
2.4 Vegetasi Berbasis Struktural (
Struktur Vegetasi)
Dansereau(1958)
mengusulkan sebuah metode dengan menampilkan gambar atau foto dari vegetasi
yang dapat digambarkan secara fisiognomi bahwa tidak dibutuhkan pengetahuan
atau data lain dari spesies tersebut.Struktur vegetasi bisa dijelaskan dengan
variasi simbol yang dibutuhkan untuk vegetasi pada suatu area.Ukuran dari
tanaman yang berbeda pada masing-masing bentuk kehidupan mungkin dapat
diperkirakan dan diukur.Tinggi tanaman ditentukan oleh Kompas Brunton dan Abney
level.
2.5 Sistem Fisiognomi
Sistem
fisiognomi merupakan studi tentang vegetasi yang tidak berdasarkan flora.Dalam
pengenalan fisiognomi,ahli ekologi memulai dengan daftar flora dari semua
spesies dan dilanjutkan dengan menentukan peranan masing-masing spesies dalam
vegetasi.Hal ini memungkinkan untuk membuat gambar atau grafik(simbol) dari
vegetasi dengan berdasarkan fisiognominya.Fisiognomi sendiri didefinisikan
sebagai penampakan umum dari komunitas.Hal ini ditentukan oleh bentuk kehidupan
dari spesies dominan tanpa perlu mengidentifikasi spesies tersebut.Sistem
nonflora ini akan bisa membantu ahli geografi dan peneliti yang bukan ahli
taksonomi dalam mendalami vegetasi.Vegetasi sendiri merupakan sekumpulan
spesies tanaman dalam waktu dan tempat tertentu(spato-temporal).
2.6 Penentuan Tinggi Pohon
Cara dalam
penentuan tinggi pohon di lapangan adalah,pertama aturlah kompas atau level
sehingga sudutnya 45˚yang mengindikasikan pada sisi kanan skala.Tujukan kompas
atau level pada bagian puncak pohon dan berjalanlah ke belakang sampai puncak
pohon terlihat.Jarak antara titik terlihatnya puncak pohon dengan pohon itu
ditambah tinggi mata pengamat dari tanah merupakan tinggi pohon tersebut.
2.7 Sistem Life Form Raunkier
Sistem
pendeskripsian suatu vegetasi di dalam sistem fisiognomi yang paling sederhana
adalah sistem life form(bentuk kehidupan) Raunkier(1934).Walaupun dalam
penggambarannya tidak sebaik Sistem Dansereau,sistem ini masih digunakan oleh
para ahli ekologi di seluruh dunia untuk membandingkan perbedaan antar area
vegetasi.Hal ini berdasar kan posisi perennating bud tertinggi yang
mengindikasikan cara suatu tanaman untuk bisa sintas(survive) terhadap musim
dingi maupun musim kering.
Berikut ini merupakan tabel
bentuk kehidupan Raunkier :
Simbol
|
Life form
|
Deskripsi
|
Th
|
Therophita
|
TanamanAnual,hidup dalam 1
tahun,perkembangan biji selama satu tahun,bisa bertahan sebagai biji atau
spora.Distribusi atau penyebarannya bahkan di tempat kering panas seperti
gurun pasir
|
G
|
Geophita
|
Tanaman bumi,Tanaman yang mempunyai
bulbus(umbi lapis),tuber(umbi akar,batang),dan rizoma(akar rimpang),mati
diatas tanah.Menyimpan cadangan makanan di dalam tanah
|
H
|
Hemikriptophita
|
Umbi sangat dekat dengan permukaan
tanah.Hidup pada daerah dingin termasuk di dalamnya adalah likens atau lumut
kerak,bryophita atau lumut,membentuk padang lumut atau tundra,biasanya
tanaman bienial(hidup menahun)
|
Ch
|
Chamaephita
|
Tanaman permukaan,herbaceus tanaman
berkayu rendah,umbi diatas permukaan tanah,membentuk:
-karpet
lumut
-daun
succulent
-likens
-rumput
keras dll
|
P
|
Phanerophita
|
Tanaman udara,termasuk begonia dan
liana atau tanaman sulur atau memanjat,termasuk rotan,suruh,anggur dll
|
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat- alat yang
dibutuhkan pada praktek kerja lapangan ini adalah meteran , kamera, dan tali rafia.
3.1.2 Bahan
Bahan yang
diperlukan dalam praktek kerja lapangan ini antara lain tanaman yang telah
masuk plot tersebut
3.2 Cara kerja
1.
Lokasi praktek kerja lapangan bertempat
di Desa Sakumi Kota Manokwari,Praktek kerja lapangan ini akan di gunakan analisis fisiognomi dari vegetasi di hutan basa dengan metode membuat garis transek degan panjang 100 meter .Pengamatan terhadap vegetasi sepanjang garis
transek samping kiri dan kanan yang
telah di tentukan dengan panjang 50m.
2.
Semua vegetasi yang sudah masuk ke garis
transek yang telah dibuat diamati semua misalnya bentuk kehidupannya, tinggi, fungsi,
bentuk dan ukuran daun serta teksturnya, dan peranannya di alam hutan basa.
Semua sifat- sifat tersebut ditulis dalam bentuk kode, baik Dansereau dan
Kuchler’s. Hasilnya kemudian dibuat gambar sederhana dari kode Dansereau yang
diperoleh.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1
|
Dibuat suatu garis transek dan plot
|
Ukurannya adalah 30 m ke bawah dan
10 m ke samping
|
2
|
Diamati tanaman yang terdapat di
sekitar area tersebut
|
Pengamatan yang dilakukan berdasarkan
bentuk daun, kehidupan tumbuhan, fungsi, tekstur, dan tinggi serta peranannya
|
3
|
Ditentukan kodenya berdasarkan buku
petunjuk metode
|
Metodenya ada dua yaitu Dansereau
dan Kuchler’s
|
4
|
Ditulis di buku sebagai laporan
praktikum dan untuk membuat gambaran fisiognomi
|
Dansereau didapat sebagai berikut
W3eaxc
L4ehxp
L5ehxp
H6ehfp
H6igxp
W2enkb
L5envxi
W3egxb
H5enxp
W2egzc
H6egkp
H4ehzp
L4iaxp
H5igfp
Kuchler’s didapat sebagai berikut
Blcy
Hery
Hmry
Hsry
Hsry
Btry
Hmiy
Beby
Hmry
Btcy
Hsry
Hlry
Hlry
Hmry
|
5
|
Dibuat gambar grafik Dansereau
|
Di lampirkan
|
4.2 Pembahasan
Praktikum fisiognomi ini bertujuan
untuk mengetahui apakah bentuk kehidupan vegetasi dari suatu tanaman yang hidup
di suatu wilayah berdasarkan kenampakan luarnya. Praktikum ini dilakukan di
daerah Purwodadi kawasan gunung Baung, dengan area yang masih berupa hutan
asli. Medan yang ditempuh juga cukup sulit karena cukup licin dan menanjak.
Hasil yang didapat adalah ada 14 spesies pada plot yang diamati yang ditulis
dengan kode baik Dansereau dan Kuchler’s. Hasilnya kemudian digambar sesuai
dengan kode Dansereau. Gambarnya dapat dilihat pada lampiran. Secara umum
dikenal 2 metode dalam sistem fisiognomi yaitu:
-Sistem biasa
-Sistem Kuchler
Beda mencolok antara kedua sistem
fisiognomi diatas adalah pada sistem kuchler tidak didapati gambar atau simbol
vegetasi dan hanya berupa kode-kode saja (Anonim, 2007).
Hasil yang didapat berupa kode tersebut menunjukkan tempat
hidup tanaman yang diamati, karena setiap kode mengandung arti dari berbagai
point yang dibahas pada penentuan kode. Adapun 6 kategori atau kriteria
tersebut adalah :
1.Bentuk kehidupan
W : tanaman tegak berkayu
L : tanaman
merambat
E : epifit
H : herba
M : bryophyta
2.
Stratifikasi(ketinggian tanaman)
1 : lebih dari 25 meter
2 : 10-25 meter
3 : 8-10 meter
4 : 2-8 meter
5 : 0,5-2 meter
6 : 0,1-0,5 meter
7 : 0-0,1 meter
3.Fungsi
d : desidous,menggugurkan daun
s : semidesidous
e : evergreen,hijau terus tapi masih
gugur daunnya
i : Tumbuh terus
dan daun tidak rontok
4. Bentuk dan ukuran daun
o : tidak
berdaun
n : daun jarum
g : graminoid,daun tunggal
a : daun kecil atau medium
h : daun lebar dan permukaannya
kasar(seperti daun waru)
v : daun majemuk
q : talus
5. Tekstur daun
o : tidak berdaun
f : daun tipis/filmy,mengkilat
z : membranous
x : skleropil,daun
banyak dan jaraknya dekat
k : suculen,daun
berair
6. Coverage(penutupan lahan/kerapatan)
b : sangat
jarang/tandus
I : menutup
tidak terus-menerus
p : mengelompok
c : menutup terus-menerus
( Anonim,
2009 ).
Tanaman 1 merupakan
tanaman yang tegak berkayu dengan tinggi 8- 10 m, dan termasuk tanaman
evergreen (selalu hijau), daunnya kecil dan berskleropil dan hidup secara
kontinu. Tanaman 2 adalah tumbuhan berkayu yang merambat dengan tinggi 2- 8 m,
selalu hijau dengan daun lebar mengandung skleropil serta hidupnya mengelompok.
Tanaman ketiga juga termasuk tanaman yang berkayu merambat dengan daun muda,
seperti rumput yang punya skleropil dan hidup mengelompok. Tanaman yang keempat
berupa tanaman herba dengan tinggi 0,1- 0,5 m, dimana tanamannya selalu hijau
dan daunnya lebar dengan tekstur tipis yang hidupnya mengelompok. Tanaman ke- 5
spesifikasinya hampir sama seperti spesies yang keempat tepi bedanya hanya pada
daunnya yang berskleropil.
Tanaman keenam adalah
tanaman termasuk tanaman yang berkayu dan tegak tidak merambat, dengan tinggi
antara 10- 25 m selalu hijau dan berdaun jarum, berair dan hidupnya jarang
ditemukan. Tanaman selanjutnya mempunyai spesifikasi sebagai tanaman berkayu
yang merambat dengan tinggi 8- 10 m, selalu hijau dengan daun seperti rumput
yang punya skleropil dan mengelompok. Tanaman ke 8 termasuk tanaman yang
berkayu dan tegak tidak merambat dengan tinggi 8- 10 m, selalu hijau dengan
daun seperti rumput yang punya skleropil dan jarang dijumpai. Tanaman yang ke-
9 tanaman herba dengan tinggi 0,1- 0,5 m, dimana tanamannya selalu hijau dan
berdaun jarum, serta mempunyai skleropil dan hidupnya mengelompok.
Tanaman ke- 10 termasuk
tanaman yang berkayu dan tegak, dengan tinggi antara 10- 25 m selalu hijau,
daunnya seperti rumput dengan membran pada daun serta hidupnya kontinu. Tanaman
ke- 11 termasuk tanaman herba dengan tinggi 0,1- 0,5 m, dimana tanamannya
selalu hijau dan berdaun seperti rumput, serta berair hidup berkelompok.
Tanaman ke- 12 termasuk golongan herba yang selalu hijau dengan daun lebar dan
dilapisi membran dan hidupnya mengelompok. Tanaman ke- 13 adalah termasuk
tanaman yang berkayu merambat dengan daun muda, tingginya antara 8- 10 m dengan
daun kecil berskleropil dan hidup mengelompok. Tanaman yang terakhir adalah
tanaman herba dengan tinggi 0,5- 2 m dengan daun tipis dan hidup mengelompok
sesuai jenisnya.
Hasil yang berupa kode
Kuchler’s juga sama dengan metode Dansereau namun kriteria yang digunakan
berbeda yaitu:
1.Vegetasi berkayu
B : daun selalu hijau
D: daun gugur
E : daun jarum selalu hijau
N :daun jarum gugur
O : tanpa daun
2.Vegetasi herbaceus(tidak berkayu)
G : graminoid/daun tunggal
H : herba
L : likens atau
lumut
Grup I :ketinggian
t : tinggi,minimal tinggi pohon25
meter,minimal tinggi herba 2 meter
m : tinggi sedang,pohon
10-25 meter,herba 0,5-2 meter
I : rendah,maksimum tinggi pohon 10 meter,maksimum tinggi
herba 0,5 meter
s : minimum
tinggi 1 meter,shrub
z : maksimum
tinggi 1 meter,dwarf shrub
Grup II : kepadatan
c : tumbuh terus
I : tanaman tak
tersentuh
p : tanaman
berkayu satu atau menyebar,herbaceus tidak terhubung
r : jarang
b : sangat
jarang kerapatannya
Grup III : Fitur spesial
e : epifit
j : liana/sulur
k : berair daunnya
q : padang rumput
u : palem
v : bambu
w : tanaman air
y : pohon
( Anonim,
2009).
Pada plot yang diamati
ini sebenarnya tanamannya hampir homogen, hal itu dapat dilihat dari jenis
tanaman yang sedikit sekali jenisnya. Padahal area yang diplot cukup luas,
pohon pun jarang ditemukan. Tanaman yang dijumpai di gunung baung terutama plot
yang dibuat kebanyakan adalah tanaman yang berkayu baik merambat atau tegak dan
tanamannya selalu hijau, berdaun kecil. Tanaman berdaun lebar ada namun cuma
sedikit.
Gambar terjemahan dari
kode yang diperoleh dari hasil praktikum adalah menunjukkan kerapatan yang
terjadi di suatu daerah atau plot. Kerapatan tersebut dapat mempengaruhi hidup
tumbuhan di sekitarnya, karena adaptasi yang dilakukan cukup berbeda. Kerapatan
bisa juga berpengaruh terhadap bentuk daun, kehidupan dan peranan suatu
tumbuhan di dalam komunitasnya. Kerapatan dari suatu wilayah bisa juga
disebabkan karena jenis tumbuhan yang ada di daerah tersebut
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh
dari praktikum ini fisiognomi adalah deskripsi secara grafis suatu vegetasi
berdasarkan kenampakan luarnya saja. Metode yang dipakai adalah dengan membuat
plot sebagai pembatas dengan ukuran 30 m ke bawah dan 10 m ke samping. Metode
pengkodean yang digunakan ada dua yaitu Dansereau dan Kuchler’s. Kedua metode
berkaitan dengan life form tanaman yang diamati. Kebanyakan tanaman yang
ditemui termasuk tanaman berkayu baik tegak atau merambat, selalu hijau
(evergreen), daunnya kecil seperti rumput, tingginya antara 2- 8 m, daunnya
tipis berskleropil dan hidupnya kontinu. Tanaman di daerah gunung baung juga termasuk
tanaman yang homogen karena spesiea tanaman yang ditemukan terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2007). Sistem Fisiognomi. http//:
google.com. diakses pada tanggal 14 Mei 2009
Anonim.
(2009). Physiognomi Systems.
Diadaptasi dari jurnal praktikum fisiognomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar